Lelaki yang paling menarik adalah....
Mario teguh menulis: Lelaki yang paling menarik adalah dia yang punya banyak pilihan tapi memilih untuk mencintai dan setia hanya kepadamu. Jika engkau memiliki lelaki seperti itu, muliakanlah dia.Saya berkomentar: Kalo ada lelaki yang gak punya banyak pilihan (misal yang nggak cakep, nggak punya skill dan nggak punya deposito seperti saya), tapi dia memilih untuk mencintai dan setia hanya kepada satu wanita, apakah itu berarti dia tidak (atau kurang) menarik, sehingga lantas tidak perlu dimuliakan dengan sungguh-sungguh oleh wanitanya?
Pak mario tidak menjawab komentar saya, mungkin karena terlalu banyak yang komentar sehingga tidak sempat baca. Atau sudah dibaca tapi dianggap nggak penting. Atau bisa jadi karena beliau menganggap saya ini bukan wanitanya hahahaa.
Cicak di dinding menjawab, " Lagian lu sih...omongan mario teguh didengerin. Hidup itu bener-bener tak semudah cocote mario teguh."
"Tapi jangan salah cak..setiap kali menulis sesuatu, yang nekan 'Like' itu bisa sampai ratusan ribu, belum lagi yang komen, hampir semuanya manggut-manggut setuju. Jadi kalo lu nggak setuju ama dia, lu yang minoritas, dan biasanya yang minoritas itu yang disalahin."
"Ah..mereka kena hipnotis kali. Atau yang jadi followernya itu kerabatnya semua, atau malah dia sendiri yang punya akun banyak terus nulis komen sendiri."
"Kebanyakan nonton uya kuya lu...bibir ampe dower gitu."
Kalau boleh saya melakukan kajian linguistik, kenapa di kalimat itu pak mario berorientasi pada lelaki? Tentu saja karena pesan itu ditujukan untuk para wanita. Padahal, kalau menurut saya nih, kalimat itu juga berlaku untuk subjek wanita. Dan inti kalimat itu sebenarnya sudah bagus, "...memilih untuk mencintai dan setia hanya kepadamu", tapi kenapa di depannya harus dikasih embel-embel "dia yang punya banyak pilihan...". Masak iya pak mario terjebak dalam paradigma klasik, bahwa "lelaki itu berhak untuk memilih, sedangkan wanita itu berhak untuk menolak". Seolah-olah wanita itu pasif, nggak boleh aktif memilih, seperti manekin di panel kaca. Padahal di era sekarang, cewek nembak duluan juga banyak. Dan itu menurut saya juga tidak salah.
Di kalimat berikutnya, "Jika engkau memiliki lelaki seperti itu, muliakanlah dia". Ada 'jika' maka ada 'maka', kondisi 'maka' dilakukan bila 'jika'-nya terpenuhi, dan kalau kondisi 'jika'-nya tidak terpenuhi, maka 'maka'-nya tidak perlu dilakukan. Apakah itu berarti bahwa jika ada lelaki yang punya banyak pilihan tapi memilih untuk tidak setia pada satu wanita, maka wanitanya boleh untuk tidak memuliakannya. Lha terus bagaimana caranya supaya si wanita bisa tahu kalau lelaki pasangannya itu setia atau tidak. Banyak lelaki yang bermanis muka di depan istrinya, padahal kalau di luar rumah, banci aja diembat. Tapi ada juga yang sebaliknya, cuek dan terkesan nggak perhatian terhadap istrinya, padahal rasa cinta dan setianya kepada istri seperti luka bekas kena knalpot panas.
Boleh setuju boleh nggak, lagi-lagi menurut saya nih, bukan rasa tidak setianya suami yang menyebabkan sikap seorang istri untuk tidak memuliakannya, tapi justru sikap istri yang tidak memuliakan suaminya yang menyebabkan munculnya rasa tidak setianya suami. Dan itu berlaku dua arah, sikap suami yang tidak memuliakan istrinya juga menjadi sebab munculnya rasa tidak setianya istri. Maka, dalam kondisi apapun pasangan yang sudah kamu tetapkan, muliakanlah dia, jadikan dia raja di dalam istana hatimu. (lha kok mirip lagunya ada band yaa??). Sehingga tercipta keadaan saling memuliakan satu sama lain, tidak perlu menunggu pembuktian rasa cinta dan sikap setia dari pasangan, karena sikap menyetiai adalah salah satu bentuk dari memuliakan. Kalau sudah memuliakan satu sama lain, niscaya keharmonisan akan terbentuk dengan sendirinya (mudah-mudahan).
0 comments:
Post a Comment